Skip to main content

Datu Lengkung Waktu

Dulu,
kuasa semesta hendak mengiringku, ku ayun sepatu pelempar batu...
dia coba merayu, ku tantang dia dengan tinju,
aku berlalu, laju dengan dayung ditanganku.

Bertemu pada suatu waktu, coba dia mengaturku, mendidih darahku,
aku berlalu.

Pernah suatu ketika, dalam letihku, ditamparnya aku
kau terpapar waktu, bisiknya dan tiada hirau ku,
aku berlalu.

Waktu angan menggiringku, ditamparnya aku,
gagu dalam marahku, kalau hendak menekukku, kepalku sebeku palu,
ditamparnya aku, merah mataku, kuremas kau jadi abu
ditamparnya aku, ku lumat dia dengan mataku,
ditamparnya aku, kau terpapar waktu
aku berlalu.

Api dimataku, ditamparnya aku
ku ayun tinju, terjerembab ngilu, asin dimulutku, ditamparnya aku
ngilu di tulangku, gemeretak buku jariku, ditamparnya aku
tak mau ku diberi tahu, ku kasi dia tinju di dagu,
aku berlalu.

Dalam marah, perahuku laju,
marah, lautku merah
dalam marah, dayungku laju,
perahuku ditelan kabut, dalam waktu, pudar bayangku
berbisik ditelingaku, kau tak dengarkanku..

Kuasa semesta coba temaniku,
lelaki, ku tak perlu babu,
marah, kuminum darah kau mentah, tak kau mengaturku...
ditamparnya aku, tinjuku menderu,
ditamparnya aku, napasku berburu,
dibelainya aku, teronggok aku dikulum waktu

Terpuruk aku tak tentu aku
tak ku aku kalah, ku gagah kata amarah
aku tak tentu aku

Merah mataku merah, air mataku darah,
kalah dan kalah, masih saja bersimbah amarah
dalam senyum ditamparnya aku...
aku membelalak
dia terbahak...
aku tak tentu aku.

Ditamparnya aku
ditamparnya aku
ditamparnya aku
ditamparnya ku
sakit tak seberapa, pilu didadaku

Tergolek di bibir perahu, tak sebuku jari ikut perintahku... menggigil tanpa seijinku, tubuhku menamparku...
dilengkung horison, sedih menatapku, tersenyum ku gundah, napasku lemah
ingin ku tampar mukaku, tubuhku kaku...
Manolin, Manolin....
Aku, Santiago lapuk ditampar waktu...

Comments

Popular posts from this blog

Reconciliation

Last August 11 is my 6th anniversary. Congratulation to me! Yet, sadly this is the second consecutive year I cannot celebrate it properly. This year just as last year, I was separated by distance from my wife, and I cannot pass it. Thus, besides bringing grateful feeling of the six years of blessings as man and wife, with two light of Kiran and  Sadeq in my little heaven, this anniversary also makes me blue. This year August 11 falls at Saturday. Here in Syracuse, NY it delays 11 hours after one in Indonesia. Under my unintended ignorance, I that was waiting to say "happy anniversary" to my wife forgot that it was already 11 in Indonesia. So, I had to said that after she reminded me. It was annoying. I was waiting for it, and this earth spinning mechanism tricked me. Today, I was also tricked by the time. After early breakfast at 4.00 AM in the morning, I fall asleep just after 4.40 AM. I woke up around 8.50 AM. As I have class at 9.00 AM, with an exceptional hurry,

Diujung Musim Gugur

Darah mengental di nadi, aorta menggelora, jantung terus saja memompa. Butiran-butiran keringat berlompatan dari pori, berhamburan, bercerabutan disela ramang. Tenggorok digorok parau, gurau kacau terjebak payau galau, ceracau di thorax dicekam diafragma Nadi menegang, vena membelintang, arteri menari dalam marche funebre , bukan Marionete atau Chopin, tapi Beethoven dalam trans. kau usap mukaku, kau usap mataku, kau usap wajahku, kau balut mukaku, ku pagut cintaku, kau hilang. Pilu.. Hanya bayang.. Hanya bayang.. HHHHHEEEEEEEEEEEIIIIIIIIIIIIIII............................ Siapa menanam durja, Kenapa merajam cinta? Fana hanya kita kakanda, mungkin tak kala untuk kau senja, bisa saja hilang kau dalam sehasta, terra incognita di mana-mana, marre incognitum penuh nujum, kembara kenapa? apa yang kau cari cinta? Semesta hening memekak otak, mayapada ternganga menggelitik pelik, gagu didasar kalbu. Dulu ragu dan mas que nada ku lagu, night train berucap untukku. Saat itu g

Prudent Policy

They bear, in place of classic names, Letters and numbers on their skin. They play their grisly blindfold games In little boxes made of tin. Sometimes they stalk the Zeppelin, Sometimes they learn where mines are laid, Or where the Baltic ice is thin. That is the custom of (1st stanza of "The Trade", by Rudyard Kipling) Merchants always try to find ways of gain. They are as curious as a researcher, and also as sharp as a sniper. Opportunity is their focus of curiosity, and profit is their target. Their free attitude as well as pride confident are no public secret. Their activities are the heart beat of economy as well as society. Economic development is dependent to the trade unquestionably. Thus, if any body want to develop economy, they must develop trade. This state is also applicable to government in their effort to develop national economy. Developing trade cannot be done directly by the government. The independence of trade as well as their massive scope is