Bangau putih memapah langkah. Ikan-ikan menyelam kolam, Si jantan menyeringai, yang betina mengurai rona. Embun menggantung diujung daun. Angin sorga datang menggoda, Gemulai daun menggelinjang, dahaga di ujung lidah Tekukur tafakur akur. Ujung jerami mengemas, bikin gemas. Tak lama lagi... Harap menunggu, jawab merayu. Sayu sendu, segera kau masuk dekapku. Nyana dinyana, umpan-umpan plastik berpaku menyangkuti tenggorokku, Embun plastik, tak luruhkandahagaku, Apa guna Lintabung mengisi lumbung... Haha Debu semesta..
Dulu, kuasa semesta hendak mengiringku, ku ayun sepatu pelempar batu... dia coba merayu, ku tantang dia dengan tinju, aku berlalu, laju dengan dayung ditanganku. Bertemu pada suatu waktu, coba dia mengaturku, mendidih darahku, aku berlalu. Pernah suatu ketika, dalam letihku, ditamparnya aku kau terpapar waktu, bisiknya dan tiada hirau ku, aku berlalu. Waktu angan menggiringku, ditamparnya aku, gagu dalam marahku, kalau hendak menekukku, kepalku sebeku palu, ditamparnya aku, merah mataku, kuremas kau jadi abu ditamparnya aku, ku lumat dia dengan mataku, ditamparnya aku, kau terpapar waktu aku berlalu. Api dimataku, ditamparnya aku ku ayun tinju, terjerembab ngilu, asin dimulutku, ditamparnya aku ngilu di tulangku, gemeretak buku jariku, ditamparnya aku tak mau ku diberi tahu, ku kasi dia tinju di dagu, aku berlalu. Dalam marah, perahuku laju, marah, lautku merah dalam marah, dayungku laju, perahuku ditelan kabut, dalam waktu, pudar bayangku berbisik diteling